KH Abdul Syakur Yasin, yang lebih dikenal dengan Buya Syakur, bukan hanya sekadar ulama yang mengajarkan tentang Islam, melainkan sosok yang menerapkan nilai-nilai moderat dalam setiap sudut kehidupan beragama. Beliau merupakan sumber inspirasi yang meresapi jiwa-jiwa pencari ilmu dengan tutur kata lembutnya dan kedalaman makna yang disampaikan. Setiap langkah dan karya yang telah beliau ciptakan menjadi wacana penting dalam khasanah pendidikan Islam di Indonesia. Kita mengulas dengan penuh penghormatan sejalan langkah beliau dalam merajut nilai-nilai Islam yang moderat dan kontemporer di bawah naungan Pesantren Cadangpinggan Indramayu yang telah menjadi mercusuar pemikiran Islam di Jawa Barat dan Indonesia.
Poin Penting
- KH Abdul Syakur Yasin atau Buya Syakur merupakan sosok penting dalam penyebaran Islam moderat di Indonesia.
- Beliau adalah pendiri dan pengasuh Pesantren Cadangpinggan Indramayu dan terkenal akan metode pengajarannya yang inovatif.
- Buya Syakur telah menginspirasi banyak kalangan melalui tulisan dan terjemahannya serta kajian-kajian yang disampaikan baik secara langsung maupun melalui platform digital.
- Menjunjung tinggi pendekatan intelektual dalam memahami ajaran Islam, beliau menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia, memperkaya literatur keislaman di tanah air.
- Wafatnya Buya Syakur di Rumah Sakit Mitra Plumbon Widasari Indramayu adalah kehilangan besar bagi umat Islam di Indonesia, khususnya bagi jamaah dan santri di Pesantren Cadangpinggan.
Perjalanan Ilmu dan Pengabdian Buya Syakur
Berawal dari kecil di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Buya Syakur telah menanamkan benih-benih ilmu yang tumbuh seiring perjalanannya. Pondok tersebut terkenal sebagai lembaga pendidikan yang melahirkan ulama-ulama handal, dan dari sanalah Buya Syakur mengasah kepiawaiannya dalam berbagai disiplin ilmu:
-
Pendidikan Awal: Sejak usia dini, Buya Syakur telah membuktikan dedikasinya terhadap ilmu pengetahuan. Keahliannya dalam bahasa Arab terasah kuat, dan menjadi satu di antara skill yang mampu mengantarkannya ke jenjang pengetahuan yang lebih luas.
-
Pelajaran dari Timur Tengah hingga Eropa: Pendidikan yang dimulai di Cirebon membawanya terbang ke Kairo, Mesir, di mana beliau mengambil gelar sarjana dan menjadi bagian dari Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) sebagai Ketua. Di Libya, beliau menekuni Ilmu Al-Qur’an, dan Tunisia untuk gelar magister dalam bidang sastra linguistik. Tahapan ilmu beliau tak berhenti di sana, Inggris pun menjadi salah satu negara tempat beliau memperoleh gelar doktoralnya di bidang dialog teater.
-
Pengabdian Kembali ke Tanah Air: Kembalinya Buya Syakur ke Indonesia tidak hanya sebagai penutup dari perjalanan menimba ilmu, tetapi juga sebagai awal dari pengabdian beliau dalam dunia pendidikan Islam di tanah kelahirannya, Indramayu.
-
Pendirian Pesantren Cadangpinggan: Buya Syakur memimpin langkah dengan mendirikan Yayasan Pondok Pesantren Cadangpinggan pada tahun 2000, dan resmi menyusul dengan pendirian pondok pesantren enam tahun berikutnya. Pondok Pesantren Cadangpinggan dengan cepat menjadi simbol pendidikan Islam yang mengedepankan pencerahan intelektual serta mempersiapkan generasi Muslim yang mampu berdialog dengan zaman.
-
Kontribusi dalam Diskusi Keagamaan: Sebagai seorang pengajar dan penerjemah, Buya Syakur berperan vital dalam menyebarkan pengetahuan melalui bukunya. Karya-karya tulisnya, yang telah diterjemahkan dari bahasa Arab ke Indonesia, memperkaya lanskap intelektual dan diskusi keagamaan di Indonesia, sekaligus mewariskan pandangan moderat dalam Islam yang beliau anut.
Buya Syakur telah meletakkan dasar bagi pendidikan Islam yang moderat dengan memberikan contoh langsung melalui pembelajaran di pesantren yang beliau dirikan, di mana ia menekankan pentingnya akal dan hati dalam mengamalkan ajaran Islam. Metodologinya yang inovatif dan relevan telah memastikan bahwa kariernya sebagai ulama membawa dampak yang signifikan, tidak hanya untuk para santri namun juga untuk umat Islam di Indonesia pada umumnya.
Pondok Pesantren Cadangpinggan: Warisan Buya Syakur untuk Indonesia
Pesantren Cadangpinggan bukan sembarang tempat bagi kalangan pencari ilmu, tetapi ia merupakan monumen pendidikan yang memiliki ruh dan visi mendalam. Hal ini sebagaimana diwariskan oleh pendirinya, almarhum KH Abdul Syakur Yasin atau akrab disapa Buya Syakur. Visi yang diemban Ponpes Cadangpinggan adalah mencetak generasi umat Islam yang cerdas secara intelektual dan spiritual. Pendidikan yang dijalankan bukan hanya seputar menghafal Al-Qur’an dan menelaah kitab-kitab klasik, tetapi juga mengedepankan pentingnya pemahaman kontekstual ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pesantren ini menanamkan pendidikan secara holistik dengan berbagai program, meliputi:
– Madrasah Arobiyah: Berfokus pada penguasaan bahasa Arab yang menjadi kunci memahami sumber primer ajaran Islam.
– Dirosah Qur’aniyah: Sebuah pendekatan struktural dalam mempelajari Al-Qur’an, tidak hanya hafalan namun juga pemahaman mendalam akan kandungannya.
– Pengajian Kitab Kuning: Tradisi keilmuan Islami klasik yang mempelajari berbagai disiplin ilmu dari fiqh hingga tasawuf.
– Metode Qira’ati: Mengajarkan cara membaca Al-Qur’an dengan tajwid yang benar dan aspek-aspek lain dari ilmu qira’at.
Semua program pendidikan ini diintegrasi dengan pengajaran keterampilan bahasa lain, seperti Inggris dan Bahasa Indonesia, serta kajian-kajian aktual yang seringkali menjadi sorotan ulama ternama. Dengan demikian, santri-santri di Pesantren Cadangpinggan tidak hanya memperoleh tolok ukur ilmu pengetahuan agama yang kuat tetapi juga dibekali dengan kemampuan adaptasi dalam berbagai tantangan zaman.
Metodologi pengajaran yang digagas oleh Buya Syakur memilik keunikan yang menjadikan pesantren ini berbeda. Dia menggabungkan pendekatan tadrisi (pengajaran) dan tarbawi (pembinaan karakter), yang mana kedua aspek tersebut menjadi fondasi kuat dalam menciptakan suasana belajar yang hidup dan interaktif. Kajian-kajian yang diselenggarakan di pesantren tidak hanya dalam ruang kelas, tetapi juga melalui diskusi terbuka dan sesi tanya jawab yang mendorong santri untuk berpikir kritis.
Pondok Pesantren Cadangpinggan Indramayu berdiri sebagai warisan Buya Syakur yang tak lekang oleh waktu. Meski beliau telah berpulang, namun semangat dan nilai-nilai yang dia ajarkan tetap bersemayam di hati para pengajar dan santrinya. Ini semua memberikan kontribusi tak terukur bagi peradaban dan pemahaman Islam moderat di Indonesia.
Mengenang Buya Syakur: Karya dan Inspirasi bagi Umat
Di era digital ini, ada banyak cara untuk mengenang para ulama yang telah berpulang, tetapi yang paling abadi adalah melalui karya-karya mereka. Buya Syakur, dengan lembut dan tegas, telah meninggalkan jejak yang mendalam bagi umat Islam di Indonesia, khususnya bagi para santri dan alumni Pesantren Cadangpinggan. Inilah beberapa aspek dari warisan intelektual yang beliau tinggalkan:
- Penerjemahan Kitab: Buya Syakur dikenal sebagai pribadi yang memiliki kemampuan berbahasa Arab yang luar biasa, memungkinkan dia untuk menerjemahkan sejumlah kitab berharga dari bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Melalui karya-karya terjemahan ini, beliau telah memfasilitasi akses pengetahuan agama yang lebih luas bagi masyarakat Indonesia yang berbahasa Indonesia.
- Tulisan dan Buku: Sebagai penulis yang produktif, Buya Syakur menulis banyak buku yang berfungsi sebagai rujukan ilmu pengetahuan dan pembimbingan spiritual. Buku-bukunya merangkum tafsir, tasawuf, sejarah, hingga pemikiran Islam kontemporer yang menyentuh aspek-aspek kehidupan modern.
- Kajian Online: Di era teknologi informasi, Buya Syakur tidak ketinggalan. Beliau memanfaatkan platform online seperti YouTube untuk menyebarluaskan ilmu. Kajiannya yang diunggah memungkinkan ajaran-ajarannya tetap berdampak meski beliau telah tiada.
- Moderatisme Islam: Salah satu sumbangsih terbesar Buya Syakur adalah pembentukan dasar-dasar Islam moderat di Indonesia. Ajaran-ajarannya yang menekankan keseimbangan, toleransi, dan penerapan intelek dalam menjalankan perintah agama memberi warna khusus pada pandangan masyarakat Indonesia terhadap Islam yang rahmatan lil’alamin.
Terlepas dari karya tulis dan lisan, ajaran Buya Syakur yang moderat menjadikan beliau panutan dalam praktik keberagamaan yang berwawasan luas dan kontekstual. Pesan dan prinsip hidupnya, yang senantiasa mengajak umat untuk bekerja keras dan bijak menghadapi hari esok, tetap relevan dan menjadi bintang pemandu bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Warisan Buya Syakur akan terus menjadi inspirasi yang tidak lekang oleh waktu dan peradaban, menjadi mutiara bagi khazanah Islam di Indonesia.