Khatib Masjidil Haram, Syekh Saleh bin Humaid, menyentuh permasalahan ateisme dalam khutbahnya yang disampaikan pada sholat Jumat pekan ini, Jumat (8/9/2023). Dalam khutbahnya, beliau menjelaskan pandangan Islam tentang ateisme dan dampaknya terhadap manusia.
Menurut Syekh Saleh bin Humaid, ateisme adalah ketika seseorang kehilangan iman dalam dirinya. Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa ateis adalah orang yang kehilangan keimanan dan norma yang dimilikinya ada dalam keadaan terganggu.
Hati nurani orang ateis berada dalam keadaan yang tidak tenang karena mereka ada dalam keadaan yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Jiwa mereka juga tidak tenteram karena ada yang tidak sejalan dalam akal mereka.
Syekh Saleh bin Humaid menekankan bahwa orang ateis telah merendahkan manusia dari kemuliaan dan kehormatan Ilahi ke taraf binatang. Dalam pandangan Islam, tidak ada ciptaan Allah yang lebih baik dari manusia. Manusia diciptakan dalam keadaan hidup, memiliki kemampuan dalam memutuskan, berbicara, mendengar, melihat, dan berakal budi lebih daripada binatang.
Baca Juga : Pegiat Pendidikan Islam: Ortu Wajib Awasi Jejak Digital Anak
Namun, orang-orang ateis, dalam pandangan Syekh Saleh bin Humaid, telah merendahkan manusia dari kemuliaan dan kehormatan yang dimilikinya, hingga jatuh ke tingkat binatang bahkan lebih rendah daripada binatang.
Mereka meninggalkan Allah dan menyembah alam, membangkang kepada Allah, dan taat mengabdi pada manusia. Meninggalkan hukum Ilahi dan mengikuti khayalannya. Ini adalah tanda bahwa mereka telah mencela agama yang ditujukan pada hati, dan mereka bingung siapa yang akan menyapa hati mereka.
Kebodohan beragama menjadi lahan subur munculnya ateisme di mana-mana. Syekh Saleh bin Humaid menegaskan bahwa menerima kebenaran tidak selalu berkaitan dengan menerima argumen atau kejelasan argumentasi. Lebih penting lagi, menerima kebenaran berkaitan dengan kejujuran dalam mencari kebenaran dan ketertarikan terhadapnya.
Beliau mengutip ayat Alquran yang menyatakan, “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Alquran itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS Fusshilat ayat 53).
Baca Juga : Kemenag Berikan Bimbingan Pra Nikah Kepada Ratusan Remaja