Jakarta – PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) menyampaikan klarifikasi terkait pemberitaan lowongan kerja dengan salah satu syarat calon karyawan harus beragama Islam (Muslim).
Dalam siaran pers resminya “Klarifikasi pemberitaan iklan lowongan pekerjaan dari CV. Bangun Banua Lestari”, JNE menyampaikan sikapnya terhadap penyebaran leaflet lowongan kerja.
“Kejadian ini merupakan pelanggaran terhadap SOP dan nilai-nilai perusahaan yang menghargai keberagaman dan perbedaan, makanya manajemen JNE telah menjatuhkan sanksi berat pada akhir kerjasama dengan oknum rekanan dan karyawan yang terkait kasus ini akan diselesaikan, “petikan klarifikasi tersebut diunggah melalui kanal resmi JNE di Instagram.
Perusahaan jasa kurir tersebut menjelaskan bahwa JNE telah hadir di Indonesia selama 31 tahun dan dibangun oleh para eksekutif dan karyawan dari berbagai suku, ras dan agama.
“Oleh karena itu, kami sangat menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan yang mengedepankan toleransi dan saling menghormati serta menghargai perbedaan,” imbuhnya.
Nilai-nilai itu, tambahnya, direalisasikan dalam berbagai aspek pada aktivitas JNE. “Antara lain: kegiatan keagamaan karyawan, apresiasi perjalanan ibadah bagi karyawan dengan masa kerja 10 tahun (umrah, holyland, dan lain-lain), pengiriman gratis Al-Qur’an dan Alkitab bersama Kang Maman Suherman ke berbagai taman bacaan, santunan keberbagai panti asuhan Muslim, Kristiani, Hindu, dan Budha serta konten regular ibadah Jumat dan Minggu di sosial media,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa layanan pengiriman JNE baru-baru ini mengudara dengan tagar #BoikotJNE yang ternyata merupakan respon dari postingan lowongan kerja JNE yang mewajibkan calon karyawannya beragama Islam, yang tersebar di media sosial.
Dalam poster yang bersirkulasi, Cabang Kantor JNE Tamiang Layang telah membuka lowongan untuk kurir motor. Persyaratan yang dicantumkan oleh JNE di antaranya mewajibkan calon pelamar sebagai laki-laki usia maksimal 30 tahun, beragama Islam, memiliki kendaraan pribadi, SIM C, dan HP Android.
Beberapa netizen juga menggugat persyaratan wajib JNE untuk menjadi seorang Muslim, yang disebut diskriminatif. Keributan di Twitter pun menyebabkan tagar #BoikotJNE bertengger di Trending Twitter, terpantau oleh Hidayatullah.com pada Selasa (07/12/2021) pagi.
Akun Facebook dengan nama Leonard Han, yang diduga pertama kali melempar isu tersebut menuliskan bahwa JNE tak juga bertaubat.Ia juga menantang JNE untuk konsisten dengan sikapnya, di antaranya dengan tak menerima pengiriman oleh non muslim.
“Jangan hanya berani menolak calon karyawan non-Muslim, tapi juga harus berani menolak aktivitas yang berhubungan dengan non-Muslim,” tulis Leonard Han.
Sementara akun @nuvitariani mentwit di Twitter: “Diskriminasi tingkat dewa. WAJIB BERAGAMA ISLAM woy, kalo mau kerja di JNE Tamiang Layang. Harusnya gausah sampe ditulis gitu kali, apalagi masyarakat Barito Timur mayoritas non Islam. Saling menghargai.”
Netizen lain, @taufiaris1613 menuduh JNE sebagai radikal dan menyarakan untuk tak menggunakan jasanya. “Bukan sekedar #BoikotJNE tapi langsung pindah, tak ada peluang radikal untuk kita biayai, harus kita lawan radikalisme di bumi Indonesia,” ungkapnya.
Namun, banyak pula netizen yang menyuarakan dukungan dan pembelaan untuk JNE.Akun @aleriqwan menuliskan di Twitter: “Rame #BoikotJNE tapi tetep aja kirim lewat @JNE_ID juga sampe dengan aman, jadi biarkan #BoikotJNE jadi pembicaraan tapi kirim tetap di JNE deh.”
Sementara @aandris7795745 mengatakan bahwa tagar #BoikotJNE adalah hasil dari pekerjaan Buzzer. “Yang bikin tagar ini setelah gw scraping data ternyata alamat ipnya disatu tempat semua,” ungkapnya.
Perusahaan yang berkaitan dengan cabang JNE Tamiang Layang telah menerbitkan klarifikasi untuk keramaian masalah tersebut. Dalam surat permohonan maaf yang beredar disebutkan bahwa CV. Bangun Banua Lestari menyatakan bertanggungjawab sepenuhnya atas syarat wajib beragama Islam yang tercantum dalam poster lowongan.
CV Bangun Banua Lestari juga mengatakan bahwa masalah ini tidak ada hubungannya dengan JNE sebagai mitra. Kejadian tersebut, ungkap CV. Bangun Banua Lestari, adalah sebagai akibat miskomunikasi dan perusahaan meminta maaf pada masyarakat, khususnya warga Bintaro Timur.