Gaza – Setelah peperangan yang memilukan dan menelan banyak korban selama 15 bulan, muncul hembusan asa dengan dideklarasikannya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang diharapkan membuka jalan bagi pertukaran sandera dan perdamaian di Palestina.
Kesepakatan penting ini, yang difasilitasi oleh Amerika Serikat dan Qatar, berpotensi mengakhiri pertempuran yang terjadi di Gaza. Meskipun detail kesepakatan masih belum diumumkan secara terbuka, diketahui bahwa terdapat beberapa klausul yang sedang dalam proses penyelesaian.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan bahwa ada beberapa poin dalam kesepakatan yang belum terselesaikan, tetapi beliau berharap masalah tersebut dapat dituntaskan pada Rabu malam. Kesepakatan ini tidak hanya akan menghentikan perang di Gaza namun juga menyertakan proses pertukaran sandera dan tahanan yang telah berlangsung lama.
Israel menahan sekitar 1.000 tahanan Palestina, beberapa di antaranya telah di penjara selama bertahun-tahun. Sebagai bagian dari perjanjian ini, Israel diperkirakan akan membebaskan tahanan-tahanan tersebut sebagai balasan pembebasan para sandera yang ditahan oleh Hamas.
Terdapat 251 sandera yang diculik oleh Hamas dalam penyerangan terhadap wilayah Israel pada Oktober 2023, di mana 94 dari mereka masih disandera, walaupun ada kepercayaan dari Israel bahwa 60 orang tersebut masih hidup.
“Sejumlah sandera yang ditahan oleh Hamas, termasuk kaum perempuan, para orang tua dan orang-orang sakit, akan dibebaskan dengan imbalan ratusan tahanan Palestina,” ujar Presiden AS Joe Biden saat mengkonfirmasi tentang kesepakatan yang telah dicapai. Menurut Sheikh Mohammed bin Abdul Rahman Al Thani dari Qatar, kesepakatan ini dijadwalkan akan efektif mulai Minggu, 19 Januari 2025, jika mendapat persetujuan.
Gencatan senjata ini diproyeksi berlangsung dalam tiga tahap yang disusun berdasarkan waktu tertentu dan pertimbangan keamanan. Tahap pertama yang berlangsung selama enam minggu akan menjadi periode “gencatan senjata secara penuh dan menyeluruh,” sebagaimana dikatakan oleh Presiden Biden.
Pengumuman juga menyertakan harapan bahwa akan ada lonjakan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza, untuk membantu meringankan penderitaan yang dialami oleh hampir 2,3 juta penduduk Gaza yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Meskipun ada optimisme, terdapat keraguan mengenai ketahanan dari perjanjian perdamaian Israel-Palestina ini dan apakah semua persyaratan dapat dilaksanakan tanpa insiden. Sebelumnya, gencatan senjata yang diusahakan antara Israel dan Hamas terganggu oleh pertempuran-pertempuran kecil yang mengarah pada kegagalan.
Kecamuk perang yang telah lalu telah menyebabkan kerusakan parah di Gaza dan merenggut ribuan nyawa, dan negosiasi telah menjadi sangat krusial dalam upaya mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan ini.
Meminjam kata-kata para mediator dari AS dan Qatar, penerapan gencatan senjata Gaza ini menjanjikan sebuah langkah maju menuju pemulihan dan perdamaian yang sudah lama dinantikan oleh kedua belah pihak serta masyarakat internasional yang telah memberikan dukungannya.
Sumber: BBC Indonesia