BiroMuslim – Ketika bulan Zulhijah tiba, umat Islam di seluruh dunia bersiap memasuki serangkaian momen istimewa yang berkaitan erat dengan hari raya qurban, yang memiliki daya magis tersendiri dalam merekatkan hubungan antara manusia dan Sang Pencipta melalui sebuah tradisi akar yang mendalam dalam Islam.
Bahkan setelah puncak perayaan Idul Adha berlalu, masih terdapat hari yang tak kalah istimewanya, yaitu hari tasyrik yang dilakukan pada 11-13 Zulhijah. Hari-hari dimana kita diingatkan akan keagungan dan kemurahan Allah SWT melalui amalan sunnah yang berlimpah dan larangan yang bijak.
Hari tasyrik memiliki sebuah posisi yang tidak terpisahkan dari perayaan Idul Adha. Istilah “tasyrik” yang berasal dari bahasa Arab ‘syarraqa’ memiliki kaitan erat dengan matahari terbit atau proses menjemur, yang mungkin terlihat sederhanya namun sarat dengan makna dan hikmah. Dalam konteks Islam, momen ini tidak hanya sekedar menjemur, tapi lebih kepada tahunya bersyukur atas segala apa yang dianugerahkan Allah SWT, khususnya nikmat hasil ibadah qurban.
Secara historis, praktik menjemur daging kurban dalam rangkaian hari tasyrik dianggap sebagai langkah bijaksana untuk mengawetkan daging dalam jangka panjang. Zaman dulu, ketika teknologi pengawetan masih sangat terbatas, cara inilah yang menjadi solusi agar stok protein dapat bertahan lebih lama serta terbagi rata ke berbagai lapisan masyarakat. Tidak heran jika makna menjemur daging begitu melekat pada philosophi hari tasyrik.
Dalam dimensi Ibadah, hari tasyrik menjadi sarana para muslim untuk memperbanyak amal baik, dengan menjalankan berbagai bentuk ibadah lintas dimensi, baik fizikal maupun spiritual. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
Takbir dan Tahlil: Bertakbir, bertahmid, dan bertahlil sepanjang hari sebagai ekspresi kebesaran Allah SWT dan pengakuan bahwa setiap nikmat yang hadir adalah dari-Nya.
Doa dan Dzikir: Menghidupkan hari dengan penuh doa dan dzikir, termasuk memanjatkan doa-doa yang diajarkan Rasulullah SAW.
Berbagi Kebaikan: Dengan menyembelih hewan kurban, umat Islam diajak untuk berbagi kebahagiaan melalui distribusi daging kepada mereka yang membutuhkan, melanjutkan tradisi berabad-abad lalu yang penuh dengan nilai kebersamaan dan kepedulian.
Baca Juga : Apakah kamu tahu ketentuan kurban yang benar?
Jadi, hari tasyrik adalah perwujudan dari cara Islam mengajarkan manusia bahwa kebahagiaan sejati ditemukan dalam kebersamaan, kepedulian, dan penuh syukur atas segala rezeki yang telah disediakan oleh Allah SWT. Hari-hari yang mulia ini menjadi sempurna ketika jalinan keimanan dan tradisi umat Islam saling menguatkan dalam meraih keberkahan.
Pada hari Tasyrik setiap muslim diperbolehkan untuk melaksanakan ibadah apapun kecuali berpuasa. Mengapa terdapat larangan puasa pada waktu tersebut?
Larangan puasa di hari Tasyrik disebabkan waktu tersebut sangat dianjurkan untuk menikmati berbagai hidangan dan olahan dari daging qurban . Dalam Haditsnya Rasulullah pernah mengabarkan terkait larangan ini sebagai berikut:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ
“Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari Tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan qurban ketika menunaikan haji.” (HR. Bukhari, no. 1859)
Pada kesempatan lain hari Tasyrik juga disebut juga dengan hari untuk makan dan minum. Rasulullah bersabda:
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Dari Uqbah bin Amir, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum.” (HR. An-Nasa’i, no. 2954)
Baca Juga : Knowledge Sharing APIC Membahas Implementasi Ekosistem SATUSEHAT