Jakarta – Para ulama sebelumnya telah memainkan peran sentral dalam pendidikan generasi muda dan dalam perjuangan kemerdekaan di Indonesia, salah satunya adalah KH Mashum Sufyan, seorang ulama Gresik yang lahir di tengah dimulainya kembali perjuangan melawan kolonialisme.
Kiai Mashum Sufyan adalah kiai yang sangat peduli terhadap bangsa dan negara. Selama perjuangan kemerdekaan, ia adalah pejuang yang gigih di wilayahnya dan bahkan disebut sebagai ahli strategi perang di antara teman-teman dan komunitasnya.
Selain dikenal sebagai pejuang, Kiai Mashum juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Ihyaul Ulum Gresik, seorang tokoh dan ulama yang patut ditiru dan diteladani dalam bidang ilmu, perjuangan, kepemimpinan dan kesederhanaan.
KH Mashum Sufyan lahir di Desa Dukunanyar, Kecamatan Dukun, Gresik, Jawa Timur pada tahun 1334 H / 1913 M. Ia lahir dari keluarga sederhana.
Sepanjang hidupnya, KH Mashum Sufyan dikenal sebagai sosok kiai yang bekerja dan berpartisipasi di Nahdhatul Ulama (NU). Kiai Mashum layak menjadi cermin kehidupan. Kepribadiannya sangat sederhana, berpikiran terbuka, istiqamah dalam beribadah dan konsisten dalam mendidik siswa.
Sebagai kiai pesantren, Kiai Mashum tidak hanya sebagai guru agama yang cerdas dalam ilmu balaghah dan tafsir, tetapi juga menjadi guru teladan bagi masyarakat, itulah sebabnya banyak orang bertanya kepadanya tentang masalah kehidupan.
Kiai Mashum Sufyan juga sering berpesan kepada murid-muridnya untuk menjadi seperti beras yang dibutuhkan masyarakat setiap hari. Jika itu tidak bisa menjadi tawa, maka orang-orang kudus disarankan untuk menjadi seperti obat yang meskipun tidak diperlukan setiap hari, kadang-kadang dibutuhkan.
Selama perebutan kekuasaan di negeri ini, Kiai Mashum juga menjadi seorang prajurit yang membela negara, tetapi tidak hanya itu, ia juga seorang kartunis yang menyusun strategi perjuangan menghadapi serangan penjajah yang akan menguasai Tanah Air.
Konon Belanda pernah masuk ke desa Sembayat, Manyar, Gresik. Kemudian pemerintah daerah membahas cara mengatasinya. Saat itu, Kiai Mashum kemudian berpesan kepada para pejuang untuk mempertahankan dan menyerang daerah Sembayat.
Ketika konsep itu muncul dari Kiai Mashum, majelis memutuskan untuk melaksanakannya dan sekaligus mempercayakannya kepada Kiai Mashum.
Kemudian dipilihlah pemuda-pemuda yang mampu berperang, termasuk Pak Ali dan Fadlun, namun sayangnya tidak banyak dokumen sejarah yang menjelaskan detail kejadian tersebut.
Kiai Mashum benar-benar seorang kiai dengan kharisma yang luar biasa. Ia adalah salah satu perancang perjuangan Islam yang memberikan teladan kehidupan umat hingga akhir hayatnya. Kiai Mashum wafat secara rahmatullah pada hari Minggu Kliwon 25 Rabiul Awal 1411 H/14 Oktober 1990.