JAKARTA – Zuhud adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat untuk kehidupan akhirat. Orang yang zuhud tidak menjadi bangga karena memiliki dunia dan tidak menjadi sedih karena kehilangan dunia.
Namun orang yang zuhud itu tidak harus miskin, tidak harus hidup susah dan wajah memelas. Mungkin ada yang mengira bahwa zuhud itu harus miskin dan penampilan seperti orang miskin, wajah lemah memelas, tubuh seperti orang lemas disangkanya tawadhu, maka ini tidak benar
“Apalagi ada yang menyangka bahwa zuhud itu harus miskin dan identik dengan miskin, tentu ini tidak benar,” ujar Ustaz dr Raenul Bahraen dalam akun Instagramnya dikutip pada Kamis (8/4/2021).
Baca Juga: Imsak Itu Sunah Rasulullah Atau Kreasi Manusia?
Pengertian zuhud cukup banyak dijelaskan oleh ulama dan yang paling mewakili adalah penjelasan Imam al-Junaid bahwa orang zuhud itu tidak tergantung hatinya dengan dunia karena tujuanya adalah akhirat. Beliau berkata:
“Orang yang zuhud tidak bangga karena memiliki dunia dan tidak sedih jika kehilangan dunia.”
Karenanya orang kaya raya juga bisa zuhud, sebagaimana kisah berikut:
“Suatu hari Imam Ahmad bin Hanbal mendapatkan pertanyaan mengenai seorang yang memiliki uang sebanyak seribu dinar (1 dinar=4,25 gr emas), apakah dia bisa menjadi orang yang zuhud?
Baca Juga: Kenali Saksi Anda Pada Hari Kiamat
Lalu jawaban beliau:
“Bisa dengan dua syarat yaitu:
1.Tidak gembira jika hartanya bertambah dan
2.Tidak sedih jika hartanya berkurang.”
“Menjadi kaya bukanlah hal tercela, bahkan jika memang jalan jihadnya adalah melalui kekayaan maka itu yang terbaik,” sebutnya.
Dengarkan Murrotal Al-Qur’an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membiarkan sahabatnya yang kaya dan mereka gunakan kekayaan untuk membantu meringankn sesama dan membantu jalan Allah
Perlu diingat bahwa kekayaan itu memang bisa mengantarkan kepada kesombongan, mayoritas penduduk neraka adalah mereka yang sombong, mengumpulkan harta dan sangat bakhil. “Semakin kaya semakin dermawan, bukan semakin naik gaya hidup,” sebutnya.
Agar tidak memotivasi agar kita bersifat zuhud dan jauh dari ketamakan dunia, kita sadari bahwa hakikat dunia adalah sementara saja.