JAKARTA- Nabi Khaidir dan Nabi Ilyas melayat setelah wafatnya Rasulullah SAW. Keduanya datang tanpa wujud, hanya suaranya saja yang terdengar.
Ada beberapa riwayat tentang kehadiran Khidhir bahkan juga Nabi Ilyas a.s. di tengah-tengah ahlul bait setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Dikutip dari buku “Menyimak Kisah dan Hikmah Kehidupan Nabi Khidir” karya Moh. Fathor Rois pada Rabu (20/1/2021) disebutkan
Pertama.
Suatu hari Ali ibn Abi Thalib r.a. kedatangan tamu sejumlah orang-orang Quraisy. “Maukah kalian aku ceritakan tentang Abul Qasim (Rasulullah)?” tanya Ali membuat penasaran orang-orang yang hadir.”Mau,” jawab mereka.
Maka mulialah Ali bercerita panjang-lebar tentang wafatnya Rasulullah saw.. “Wahai Ahmad. Ini adalah yang terakhir kali aku turun ke bumi. Karena aku tidak punya keperluan lain di dunia ini kecuali kepadamu,” kata Jibril kepada Rasulullah SAW.
Setelah ruh Rasulullah SAW naik ke ar-rafiq al-A’la para pelayat datang berbondong-bondong ke kediaman Beliau. Dan di antara mereka ada seorang yang terdengra suaranya tetapi tidak kelihatan sosoknya.
“Assalamualaikum warahmatullah, wahai ahlul bait,” sapa laki-laki misterius itu. “Sesungguhnya Allah menyediakan penghibur dari tiap-tiap musibah dan menyediakan ganti untuk setiap sesuatu yang rusak
serta menyiapkan susulan untuk setiap sesuatu yang hilang. Maka percayalah dan berharaplah hanya kepada Allah. Karena orang yang tidak dapat bagian dan orang yang ketiban bencana, sebenarnya adalah orang yang tidak kebagian pahala.
Wassalamualaikum.”Tahukah kalian, siapa orang ini?” tanya Ali kepada orang-orang yang hadir. “Dia adalah Khadhir.”
Ada dua hadis lagi yang serupa dengan hadis ini, yang semuanya bersumber dari Ali ibn Abi Thalib r.a. dan diteruskan oleh cucunya, Ali ibn Husain, turun ke Muhammad ibn Ali, dan dilanjutkan oleh Ja’far ibn Muhammad.
Kemudian dari Ja’far disebarkan oleh Abdullah ibn Maimun al-Qaddah, Muhammad ibn Ja’ far dan Ali ibn Abi Ali al-Hasyimi. Tetapi para pakar hadis telah mencatat ketiga nama tersebut dalam daftar orang-orang yang tidak bisa diambil hadisnya.
Adapun Muhammad ibn Ja’far as-Shidiq adalah saudara Musa al-Kazhim, sama-sama putra Ja’far as-Shadiq. Dia menerima hadis dari ayahnya dan dari orang lain.Sedangkan yang menyambung hadis darinya di antaranya adalah Ibrahim ibn Mundzir. Dia mengajak umat Islam di Madinah dan Makkah untuk mengangkatnya sebagai khalifah pada tahun 200 H. Dia menunaikan ibadah haji dan orang-orang membaiatnya sebagai khalifah. Tetapi kemudian ditangkap oleh al-Mu’tashim (putra Harun ar-Rasyid) dan dibawa untuk dibawa dan diserahkan kepada saudaranya, Khalifah Abdullah al Ma’mun di Khurasan, tetapi keburu wafat di Jurian pada tahun 203 H.
Setelah tertangkap, Muhammad ibn Ja’ far masih sempat berpidato. “Wahai manusia. Aku telah menyampaikan kepada kalian hadis-hadis yang aku palsukan”
Mendengar pengakuan itu, orang-orang menyobek buku-buku yang berisi hadis-hadis yang mereka terima dari laki-laki 70 tahun itu. Al-Bukhari bilang, “Saudaranya yang bernama Ishaq lebih bisa dipercaya daripada dia.”
Kedua.
Ada lagi hadis serupa dengan yang di atas yang sa- nadnya berujung pada Abdullah ibn Umar r.a., dia berkata; Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar datang terus masuk ke dalem.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un,” gumam Abu Bakar sambil memandangi jenazah junjungannya.
Keluarga dalem menangis sampai terdengar di mushalla. Setelah mereka tenang, terdengar suara yang keras dari seorang laki-laki di depan pintu.
“Assalamualaikum, wahai ahul bait,” kata laki-laki tak dikenal itu. “Setiap jiwa pasti merasakan mati. Dan pahala kalian hanya akan diberikan pada hari kiamat. Ingatlah, Allah telah menyediakan ganti untuk setiap sesuatu, dan menyiapkan keselamatan dari setiap bahaya. Maka ikatlah kepercayaan kalian hanya kepada Allah, dan gantungkanlah harapan kalian hanya kepada-Nya. Karena orang yang ketiban bencana sebenarnya adalah orang tidak kebagian pahala.”
Orang-orang yang dari tadi menangis terdiam dan mendengarkan ucapan misterius itu. Tetapi setelah dicari-cari, di depan pintu tidak ada siapa-siapa.
Merekapun kembali menangis. Namun beberapa saat kemudian mereka dikejutkan dengan suara yang lain lagi.
“Wahai ahlul bait. Berdzikirlah kepada Allah dan panjatkanlah puja-puji kepada-Nya dalam menghadapi setiap keadaan, niscaya kalian masuk dalam golongan orang-orang yang ikhlas. Sesungguhnya Allah telah menyediakan penghibur dari setiap musibah dan menyiapkan ganti dari setiap sesuatu yang rusak. Maka percayalah hanya kepada Allah dan tunduklah hanya kepada-Nya. Karena orang yang ketiban musibah yang sebenarnya adalah orang yang tidak kebagian pahala,” kata laki-laki misterius kedua itu.
“Ini adalah Khadhir dan Ilyas, keduanya melayat Rasulullah SAW,” kata Abu Bakar tentang kedua laki-laki yang tidak kelihatan sosoknya itu.
Hadis ini ditulis oleh Saif ibn Amr at-Tamimi da- lam kitab ar-Riddah dari Sa’id ibn Abdillah dari Abdullah ibn Umar La.
Tetapi menurut Ibnu Hajar al- Asqlani, Saif itu menjadi rasanan orang-orang yang menggeluti ilmu hadis, dan gurunya adalah orang yang tidak dikenal.
Ketiga.
Ada lagi hadis serupa yang ujung sanadnya berakhir pada Anas ibn Malik r.a. dia bercerita; Setelah Rasulullah SAW berpulang, para sahabat mengerumuninya sambil menangis. Tiba-tiba datanglah seorang laki-laki berperawakan tinggi, rambutnya sampai di pundaknya, memakai sarung dan selendang melangkah di sela-sela para sahabat, lalu memegangi dua sisi pintu dalem kemudian menangis. Setelah itu dia menghadap ke arah para sahabat.
“Sesungguhnya Allah telah menyiapkan penghibur untuk setiap musibah dan menyediakan ganti untuk setiap sesuatu yang hilang dan susulan untuk setiap sesuatu yang rusak. Maka kembalilah kepada Allah, dan perhatikanlah perhatian Allah kepada kalian di saat musibah menimpa kalian. Karena orang yang ditimpa musibah yang sebenarnya adalah orang yang tidak mendapat balasan pahala,” kata laki-laki misterius itu, terus pergi.
“Hadapkan laki-laki itu kepadaku,” kata Abu Ba-kar. Orang-orang melihat ke kanan dan ke kiri, tetapi tidak ada siapa-siapa.
“Barangkali dia itu Khadhir, saudara nabi kita, datang melayat kita atas wafatnya Rasulullah,” kata Abu Bakar.
Hadis ini disampaikan oleh Ibnu Abid Dunya dari Kamil ibn Thalhah dari Abbad ibn Abdis Shamad dari Anas ibn Malik r.a. At-Thabrani juga mengeluarkan hadis tersebut dalam kitab al-Ausath, dari Musa ibn Harun dari Kamil ibn Thalhah dan seterusnya. Menurut at-Thabrani, tidak ada orang lain yang meriwayatkan hadis ini dari Anas kecuali Abbad. Sedangkan Abbad, hadisnya banyak yang munkar. Al-Bukhari, Abu Hatim dan al-Uqaili menilainya sebagai rawi yang daif.