JAKARTA – Jangan mengira bila kita men-share sebuah nasihat kebaikan kepada seseorang atau sekelompok adalah hal yang biasa saja.
Menunjukkan kebaikkan dan orang yang menerimanya bila diamalkan maka keduanya memperoleh pahala yang sama.
Dari sahbat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam (SAW) bersabda, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka bagi dia pahala yang orang yang mengerjakan kebajikan tersebut.” (HR. Muslim)
Baca Juga: Syaikh Ingatkan Jangan Mudah Tertipu Orang Pandai Berargumentasi tapi Kosong Ilmu
Ustaz Dr Firanda Andirja dalam Kelas UFA dikutip pada Rabu (6/1/2021) menyebutkan bahwa hadis ini adalah hadis yang agung, yang menjelaskan tentang keutamaan memberi petunjuk/kebaikan kepada orang lain. Di sini Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menunjukkan akan kebaikan.”
Kalau kita perhatikan konteksnya adalah konteks persyaratan, “Barangsiapa… maka…” Ini namanya konteks persyaratan. Barangsiapa menunjukkan pada kebaikan maka… Jawabannya,
“Bagi dia seperti pahala orang yang mengerjakannya.”
Baca Juga: Sering Cekcok Pasangan Suami Istri, Ini Nasihat Ulama
Di sini memberikan faidah keumuman:
Man, artinya siapa saja
Yaitu siapa saja yang menunjukkan kepada kebaikan. Jadi siapa saja baik laki-laki maupun perempuan, baik orangtua atau anak muda, seorang ustaz atau bukan, yang penting dia bisa menunjukkan kebaikan kepada orang lain. Maka dia akan mendapatkan pahala seperti yang diamalkan oleh orang yang mengamalkan kebaikan tersebut.
Khayrin , artinya kebaikan.
Di sini, kebaikan datang dalam bentuk nakirah dan dalam konteks jumlah syarthiyyah (kalimat syarat), maka memberikan faidah keumuman. Artinya, barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan apapun, maka mencakup kebaikan dunia maupun kebaikan akhirat.
Kalau kita perhatikan hadis ini dari teks lengkapnya di dalam Shahih Muslim, kita akan dapati bahwa hadis ini datang dalam bentuk masalah kebaikan duniawi, yaitu:
Dari Ibnu Mas’ud Al-Anshariy radhiallahu ‘anhu, beliau berkata, Datang seorang lelaki kepada Nabi ?, kemudian lelaki ini berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya tungganganku (ontaku) tidak bisa lagi aku naiki maka berilah tunggangan bagiku.
”Jawab Rasulullah SWA, “Aku tidak memiliki tunggangan yang bisa aku berikan kepadamu.” Tiba-tiba ada seorang lelaki mengatakan, “Ya Rasulullah, aku bisa menunjukkan kepada orang ini terhadap orang yang bisa memberikan tunggangan kepada dia.” Maka Rasulullah SAW mengatakan, “Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan, baginya seperti pahala orang yang melakukannya.”
Perhatikan bahwa hadis ini berkaitan dengan kebaikan dunia, di mana ada orang yang tidak memiliki tunggangan dan dia minta tolong kepada Nabi Muhammad SAW agar diberi tunggangan.
Rasulullah SWA mengatakan, “Aku tidak memiliki tunggangan untuk aku berikan kepadamu.” Ada lelaki (sahabat) lain mengatakan, “Saya bisa menunjukkan ada orang yang bisa memberikan dia tunggangan.”
Orang yang menunjukkan itu juga tidak memiliki tunggangan. Tetapi dia bisa menunjukkan “donatur” yang memiliki tunggangan yang bisa dipakai oleh orang yang minta tunggangan tadi. Ternyata, berdasarkan hadits ini, dia juga mendapat pahala sebagaimana “donatur” tadi. Si “Donatur” mendapat pahala karena memberikan tunggangan kepada lelaki yang minta tunggangan, sementara si penunjuk ini mendapatkan pahala karena menunjukkan kepada “donatur” tersebut.
Subhanallah, betapa besar karunia Allah Subhanahu Wata’ ala (SWT) dan betapa luas rahmat Allah SWT. Lelaki ini tidak punya uang/kemampuan/tunggangan, namun dia hanya menunjukkan kepada orang yang punya tunggangan.
Ternyata kata Nabi Muhammad SAW, dia juga berpahala sebagaimana orang yang memiliki tunggangan untuk diberikan kepada orang lain. Padahal ini berkaitan dengan masalah kebaikan dunia (masalah memberikan tunggangan kepada orang lain), bagaimana lagi jika permasalahannya adalah masalah akhirat?
Misalnya seseorang yang menunjukkan kepada orang lain, seorang ustaz yang bisa mengajarkan bagaimana belajar shalat yang benar, bagaimana beraqidah yang benar, dan sebagainya. Orang yang menunjukkan itu mungkin tidak mampu menjadi ustaz yang bisa menjelaskan tentang ‘aq?dah dan fiqih, tetapi dia menunjukkan dimana tempat ustadz. Maka sebagaimana sahabat yang menunjukkan tempat “donatur” dalam hadits tadi, ia pun juga berpahala.
Contoh lain, wallahu a’lam, jika seseorang membuat iklan/pemberitahuan, membagikan (share) informasi di mana tempat kajian sehingga ada orang lain yang tahu tempat kajian tersebut karena membaca iklan yang di-share tadi, kemudian mereka datang ke pengajian, Insya Allah dia juga mendapatkan pahala karena menunjukkan kepada kebaikan.
Dari sini kita juga bisa tahu betapa luar biasanya keutamaan dakwah biasa. Jika orang-orang mendapatkan petunjuk karena dakwah seorang da’i, maka da’i tersebut juga mendapatkan pahala. Semakin banyak orang yang mendapat hidayah karena dia, maka akan semakin banyak pahala yang akan dia peroleh.
Dengarkan Murrotal Al-Qur’an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran
Dengarkan Murrotal Al-Qur’an di Okezone.com, Klik Tautan Ini: https://muslim.okezone.com/alquran